Berita Terbaru AJI Surabaya

Punya masukan untuk AJI Surabaya? Undangan, bahkan pengaduan pelanggaran etika anggota AJI Surabaya? Kirimkan melalui email di ajisurabaya@yahoo.com. Atau telp/fax di nomor 031.5035086. Semua masukan, kritik dll akan dimuat di blog ini. Tetap profesional dan independen!

Selasa, 02 September 2008

Bipartit II Sengketa SS Media-Hendro Akan digelar di Kantor Radio SS

Penyelesaian kasus sengketa perburuhan antara Chief Editor Majalah Mossaik Hendro D Laksono dengan Suara Surabaya Media terus berlanjut. Setelah Biparti I yang digelar di kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Surabaya akhir Agustus lalu, Bipartit II akan dilaksanakan di kantor Suara Surabaya Media, Jl. Wonokitri Besar 40 C Surabaya, Rabu (10/09/08) pukul 15.00 WIB.

Dalam pertemuan itu, Hendro akan ditemani oleh AJI Surabaya dan LBH Surabaya. Sementara SS Media akan diwakili oleh tim Kuasa Hukum dan Rommy Febriansyah, Direktur Umum & Administrasi. Seperti diketahui Majalah Mossaik bernaung di bawah manajemen SS Media yang juga mengelola radio Suara Surabaya FM.

Seperti diberitakan sebelumnya, sengketa perburuhan antara Hendro dan SS Media ini berawal dari keinginan SS Media mem-PHK Hendro dengan alasan tindakan tidak profesional (mendirikan perusahaan di dalam perusahaan). Hendro menolak tuduhan sepihak dan semena-mena itu, dan meminta SS Media mem-PHK dengan alasan tutupnya Majalah Mossaik. Ganti SS Media yang bersikukuh pada pendiriannya. SS Media kemudian melaporkan kasus ini ke Disnaker Surabaya.

Di dampingi AJI Surabaya dan LBH Surabaya, Hendro yang sempat diskors oleh SS Media itu meladeni keinginan SS Media untuk menyelesaikan kasus ini melalui Disnaker. Sengketa perburuhan di SS Media memang bukan kali pertama terjadi. "Semoga ini yang terakhir dan tidak ada lagi sengketa perburuhan untuk teman-teman saya di SS Media maupun di perusahaan lain yang memposisikan buruh dengan tidak adil," kata Hendro.

10 komentar:

NoVri mengatakan...

Pertemuan ini terbuka buat karyawan lainnya ???

Anonim mengatakan...

Meskipun tertutup, semua yang ada di dalam sudah pasti akan kita ketahui di blog AJI Surabaya. Iya kan mas Iman?

yuki mengatakan...

Saya harap mas Hendro tetap fight menghadapi kasus ini. Dan saya juga berharap masalah perburuhan di SS Media juga bisa diselesaikan, karena banyak kezaliman terjadi terhadap karyawan, dengan mengatasnamakan kompetensi, loyalitas, integritas, dan mungkin alasan-alasan yang lain. Dulu memang pernah ada usulan untuk membentuk semacam Serikat Pekerja, supaya kalau ada masalah atau ada aspirasi dari karyawan, bisa langsung termediasi dengan adanya Serikat Pekerja ini. Tapi ternyata dari pihak manajemen muncul jawaban, tidak perlu membuat Serikat Pekerja, karena karyawan SS bukan buruh pabrik, melainkan pekerja intelektual. Jadi kalau toh ada masalah atau aspirasi, silakan saja disampaikan pada atasan langsung atau pihak manajemen.

Saya tidak tahu apakah membiarkan seorang trainee tidak dapat libur setelah lebih dari tiga bulan training merupakan sebuah pelanggaran atau tidak. Yang jelas, ada teman saya didalam sana yang mengalami hal itu. Bahkan tidak tanggung-tanggung, lebih dari enam bulan dia bekerja tanpa libur sekalipun, dan jam kerjanya juga kacau-balau karena dia ditarik kesana-kemari.

Saya mengerti, berprofesi di media itu cukup berat, tidak hanya membutuhkan kemampuan otak, tapi juga fisik yang prima. Tapi kalau ternyata kesejahteraan tidak diperhatikan, dan keluhan karyawan justru dikembalikan pada si karyawan sendiri dengan tudingan tidak bisa mengelola waktu dengan baik,atau dengan alasan-alasan lain, apakah itu bisa dibilang sebuah langkah intelek? Maaf kalau ternyata komen ini terlalu melebar. Tapi itulah permasalahan yang sesungguhnya terjadi, dan tidak ada mediasi yang bisa dilakukan dari karyawan, karena memang tidak ada wadah untuk menyampaikan aspirasi. Bisa saja memang, seorang karyawan mengadu langsung pada atasannya kalau ada keluhan. Tapi pengalaman saya dulu dan teman-teman, justru pengaduan itu kembali berbalik pada karyawan sendiri dengan berbagai alasan. Tapi begitu yang mengadu punya hubungan dekat dengan atasan, atau bahka mungkin dengan keluarga owner, segala sesuatu jadi semudah membalik telapak tangan.

Saya berkomentar seperti ini bukan ingin menjatuhkan SS. Justru karena saya masih cinta dengan institusi ini, sehingga sekalipun saya bukan lagi bagian dari SS Media, saya ingin teman-teman saya disana bisa bernasib lebih baik dari saya, atau dari teman-teman saya terdahulu yang juga sudah hengkang dari sana. Semoga AJI Surabaya dan LBH Surabaya bisa terus membongkar ketidakadilan yang terjadi di kalangan pekerja pers. Wassalam

Anonim mengatakan...

Saya jg mengalami itu.. 3 bulan tidak libur. Sempat syok! taunya justru setelah training. Maunya melapor pada Disnaker waktu itu, tapi karena pekerjaan yang banyak membuat saya tidak sempat melapor.

Sekarang? wah percuma saja. Saya sudah tidak jd karyawan disana. Yang memprihatinkan, disana masih ada penyiar yang dikontrak 2 tahun! bahkan ada yang training berbulan-bulan (lebih 3 bulan) TIDAK ADA HARI LIBUR sama sekali

Seperti jaman ROMUSA ya??

"Kemana nurani orang-orang pembuat keputusan disana?"

Anonim mengatakan...

Saya yakin seyakin-yakinnya, manajemen SS membaca blog Aji ini. KENAPA TIDAK ADA TANGGAPAN !!, DIAM itu berarti SEMUA BENAR ADANYA.

Institusi sebesar SS ternyata SANGAT-SANGAT TIDAK MANUSIAWI. Padahal rate iklannya paling mahal se-Indonesia.

Anonim mengatakan...

Salah bung...tanggapan manajemen sudah jelas, PETEMUAN BIPARTIT ke-2 di kantor SS. hehe,..

Untuk Yadhi,.tentu saja. Kebebasan memperoleh informasi adalah hak semua orang.

salam
iman

Anonim mengatakan...

aku kok ya penasaran. tanggapan pak errol gimana ya???

Anonim mengatakan...

Njih, saya juga masih karyawan ss. Lama-lama tidak tahan ikut berbicara dan beropini. Ketika kerja di SS, saya sueneng pol. Bangga. Apalagi mama saya penggemar SS sejati. Dan seperti dibilang sama Mas Yuki (yo'opo kabare mas...), SS memang menyimpan belang yang sangat mengganggu. Sebagai orang yang jam kerjanya tidak karu-karuan saya kadang berpikir, apa SS akan terus begini ya? Tak ada lembur, tak ada penghargaan pada orang lapangan. Jadi ingat Mas Hendro yang dulu suka pulang malam sampe kumel gara-gara mikir Mossaik. Aduuuh. Katanya gini : mungkin yang saya lakukan ini bodoh. Kerja tidak ngitung waktu. Tapi kerja keras biasanya punya balasan yang setimpal. Aduuuh, Mas Hendro tenyata salah. Balasan yang sampeyan terima malah sepeti ini. Bukannya dapat bintang penghargaan tapi malah diperlakukan dengan semena-mena. Sementara saya, malah sibuk menyesali uang lembur yang tak pernah datang...

Anonim mengatakan...

Kang Hendro (ini pinjam istilah beberapa mahasiswa dan alumni di AWS) hanyalah korban kesombongan. Kesombongan para pemimpin di SS, khususnya di generasi setelah Pak Errol dan Pak Toyo. Karena yg saya tahu, dua 'orang tua' ini masih cukup arif menghadapi perbedaan (semga tidak berubah dibanding 10-15 tahun silam). Sementara generasi sesudahnya kadang malu mengaku kalau mereka terbatas punya persoalan di intelektualitas, manajemen, dan leadership. Datangnya beberapa orang baru yang duduk di kursi strategis dan langsung dapat kekuasaan mutlak, telah merusak kepercayaan banyak karyawan potensial termasuk Kang Hendro. Saya pribadi berharap agar masalah ini segera berakhir, karena jika ini terus berlanjut, SS seperti merusak citranya sendiri dengan membiarkan 'nila setitik' berpesta pora di 'susu sebelanga'. Mohon Pak Toyo, Pak Errol... Salam

Anonim mengatakan...

Bagi saya untuk SS (Bosnya SS). percayalah pada apa yang anda lihat dilapangan, jangan percya pada bisikan Ghoib yang datang dari makhluk gak jelas yang selalu ada di kanan kiri anda. Salam

Disclaimer

AJI Surabaya adalah organisasi yang berdiri di bawah AJI Indonesia di Jakarta. Organisasi profesi yang berbasis serikat pekerja ini berkonsentrasi pada kebebasan pers, kebebasan berekspresi dan profesionalitas jurnalis.


:: 2008, Allright reserved by AJI Surabaya